Pocong bersimbah darah, muncul saat digunjingkan

Hati-hati bila Anda senang membicarakan hantu pocong. Bisa-bisa hantu itu sudah berdiri di belakang Anda, seperti kejadian yang menimpa dua warga di Desa Kasembon, Malang, Jawa Timur.

Akhir bulan Oktober 2001, warga Kasembon tak berani menggunjingkan hantu pocong. Meski ada beberapa warga yang menyaksikan kemunculan hantu itu, mereka lebih memilih untuk diam. Pepatah 'Diam adalah emas' benar-benar dihayati oleh seluruh penduduk.

Sebenarnya, peristiwa itu bermula dari Suwarto, yang pada awal Oktober kemarin melihat hantu pocong. Saat itu ia sedang melintasi Kasembon dengan mengendarai sepeda motor. Tiba-tiba dari jalanan yang sepi, melintaslah sesosok mahkluk berbaju putih. Dengan sekuat tenaga Suwarto mengehentikan laju motor.

Beruntung ia tak menabrak mahkluk itu. Kendati demikian, rasa takut Suwarto membuncah ketika mahkluk itu menoleh ke arah dirinya. Ternyata mahkuk tersebut adalah hantu pocong. Setengah mukanya sudah rusak. Matanya bersinar, bagai api yang siap membakar apapun yang ditatapnya. Kontan, ia melarikan motornya sekuat tenaga.

Kejadian yang menimpa Suwarto dengan cepat menyebar ke seluruh desa. Tak henti-hentinya warga menggunjingkan persitiwa menakutkan itu. Bahkan, empat hari setelah peristiwa itu pembicaraan hantu pocong masih hangat. Entah gerah dengan gosip yang menyangkut dirinya atau marah kepada warga, akhirnya hantu pocong itu muncul lagi, menemui siapa saja yang menggunjingkan dirinya.

Dua tetangga Suwarto mengalami hal serupa. Malam itu mereka sedang membicarakan dan membahas kejadian yang menimpa Suwarto, di jalan masuk menuju desa. Mereka menggambarkan hantu pocong yang dilihat Suwarto, seperti yang diceritakan Suwarto pada tetangganya. Namun di tengah-tengah perbincangan itu mereka mendengar suara orang mengorok dari belakang.

Setelah ditoleh, ya ampun...hantu pocong, persis seperti yang mereka gambarkan sedang menatapnya tajam-tajam. Jika dapat berbicara, mungkin, hantu pocong itu marah menjadi bahan pembicaraan. Jadi, hati-hatilah membicarakan hantu

Tumbal pengantin baru untuk jembatan keramat

Jembatan tua yang terletak di jalan berliku menuju ke Gunung Kawi terkenal sangat angker. Ratusan nyawa menjadi tumbal jembatan ini. Kabarnya, tumbal yang digemari adalah darah penganti baru.

Bila Anda berkunjung ke Gunung Kawi, Jawa Timur dan melintasi sebuah jembatan tua yang terletak di Desa Sukun Metro, Kepanjen, Malang berhati-hatilah. Jalan yang berkelok-kelok sering mengecoh pengemudi sehingga kerap terjadi kecelakaan. Saking angkernya, di tempat ini dibangun sebuah monumen untuk mengenang para korban kecelakaan.

Jembatan itu sendiri dibangun pada tahun 1912, tatkala zaman penjajahan Belanda. Perjalanan waktu yang panjang telah menorehkan sejarah kelam. Ribuan nyawa telah melayang di tempat ini. Persitiwa besar yang masih teringat adalah tahun 1985, ketika 59 penumpang mobil tewas seketika setelah kendaraan yang mereka tumpangi masuk ke dalam jurang.

Kabarnya, arwah yang meninggal di jembatan tersebut selalu gentayangan. Mereka menakut-nakuti para pemakai jembatan, entah pejalan kaki ataupun para pengemudi. Wujudnya bisa bermacam-macam, mulai suara tanpa bentuk fisik apapun sampai pocong tanpa kepala.

Menurut kepercayaan masyarakat setempat, darah pengantin baru adalah tumbal yang paling disukai oleh penjaga gaib tempat ini. Oleh karena itu, sejumlah pakar supranatural menyarankan agar pengantin baru lebih berhati-hati bila melintasi Jembatan Metro. Malah, mereka menyarankan agar pengantin baru memberikan sejumlah sesaji di tempat ini.

Bila tidak, ada kemungkinan mereka kerasukan lelembut Jembatan Metro atau terkena musibah dan menjadi tumbal di tempat ini. Konon, warga Kepanjen pernah melakukan upaya spiritual untuk mencegah amukan lelmbut. Sayang upaya tersebut menemui jalan buntu.

Kabarnya, pada bulan Syuro jembatan ini tetap meminta tumbal darah pengantin baru serta tiga ekor kepala kerbau. Entah, sampai kapan tumbal-tumbal itu harus dipersembahkan.